yaudahlah ya

"yaudahlah ya". Kalimat yang sering kali terdengar. Bukan dari orang lain, tapi dari diri sendiri dan untuk diri sendiri.

Sering tak ada bunyinya, hanya ungkapan dalam hati yang kerap berulang.

Kalimat yang menurut saya punya powernya sendiri untuk ketenangan hati maupun pikiran. Kalimat yang bisa mengendalikan apa yang saya alami sehingga saya bisa mengambil tindakan-tindakan yang rasional di kala datang hal tidak menyenangkan ataupun mengecewakan. 

Entah mengapa tahun ini dan sebelumnya banyak sekali cobaan dan rintangan yang datang. Beberapa kali mereka berkolaborasi bersama di waktu yang berdekatan. Macam jam kerja shift 24 jam yang silih berganti karyawan. Untungnya, saya sudah menemukan kalimat itu, kalimat "yaudahlah ya". Kalimat inilah yang membuat saya tetap waras meski keadaan kadang memicu saya untuk berbuat hal-hal yang kurang pantas. 

Kalimat "yaudahlah ya" juga sering berkolaborasi dengan hal lain. 

Kadang, kalo sedang datang cobaan, ia berkolaborasi dengan helaan napas panjang. 

Kadang, jika yang datang adalah hal yang tidak menyenangkan; utamanya terhadap hati, ia datang berkolaborasi dengan umpatan. 

Kadang juga, ia berkolaborasi dengan tindakan diam dan malas kalo bertemu hal yang mengecewakan.

Oiya kalimat "yaudahlah ya" ini terpatri di kepala saya berkat pemikiran stoic mengenai hal yang bisa dikendalikan dan tidak bisa dikendalikan; dikotomi kendali. Menurut saya ini manifestasi dari buku "Filosofi Teras". Buku yang tidak habis saya baca. 

Kayanya segitu aja. Saya tutup dengan kalimat sakti. 

Yaudahlah ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belum ada judul

buah dari yang lalu

Dari Semua Pria, Aku Yang Juara