buah dari yang lalu

Kalo dipikir-pikir, saya yang sekarang tidak pernah terpikirkan oleh saya yang dulu.

---

Sebelum menginjak kepala dua, saya sering berandai-andai perihal ingin menjadi apa di masa depan nanti, memikirkan bagaimana caranya saya hidup dari pekerjaan yang seperti apa. Meraup rejeki dari keran-keran yang saya yakini akan mengalir dari apa yang saya bangun. Namun, semakin berjalannya waktu, saya menyadari saya tidak melewati jalan membangun keran-keran tersebut. Sebenarnya bukan karena tidak ada niatan untuk memulai langkahnya, tapi karena saya rasa semesta sedang tidak mendukung, atau lebih tepatnya semesta menahan saya untuk bergerak melewatinya. 

Langkah awal untuk memulai hal tersebut beberapa kali batal. Padahal rencananya sudah saya susun dengan perlahan, sudah saya estimasikan pula apa yang perlu. Namun apa boleh buat, tidak berjalan. Sampai akhirnya saya pikir mungkin memang belum waktunya saja.

---

Ketika berada diujung semester kuliah. Saya pernah menawarkan diri kepada seorang teman untuk diberikan pekerjaan. Hal ini karena saya tahu ada pekerjaan yang bisa saya ambil dan ada tempat yang bisa saya isi. Saat itu saya sebenarnya sudah memiliki penghasilan, hanya nominalnya saja yang tak seberapa. Berangkat dari hal tersebut saya yakini untuk mengambil langkah menawarkan diri demi mendapakat hal yang lebih; secara materil. Walau pekerjaannya jauh lebih melelahkan; secara fisik.

Hari berganti minggu, dan minggu sudah hampir berganti bulan. Kabar perihal pekerjaan tidak kunjung saya dapatkan. Penasaran karena tidak ada ucapan dari teman saya, saya tanyakan kembali ketika bertemu. Jawabannya pun saya terima. Hanya saja saya lupa detailnya seperti apa, yang saya tahu saya tidak mendapatkannya. Bukan karena tidak lolos kualifikasi, lebih karena memang tidak didaftarkan. Mulai dari sini, saya cukup kecewa dengan teman saya itu.

---

Selepas lulus kuliah, saya bimbang dengan apa yang saya jalani. Penghasilan yang sedari semester akhir saya dapatkan mulai terasa semakin kecil nominalnya. Sayapun mengeksplore beberapa hal yang saya yakini terdapat peluang di sana. Hingga saya tiba pada satu hal yang saya pilih sebagai fokus saya. 

Saya beritahu rahasia kecil, hal ini saya pilih bukan karena saya sukai sedari awal. Saya memilih hal ini karena saya melihat ada peluang besar untuk saya bisa berkembang, dan memiliki keahlian. Perjalanannya pun cukup panjang. Saya belajar lebih dari 5 bulan, mengorbankan waktu, tenaga dan tanpa dibayar hingga tiba pada bulan selanjutnya hal ini mulai menghasilkan. 

Saya akhirnya paham kalimat "Kalau mau cari uangnya jangan di sini, tapi kalo memang suka; atau paling tidak memiliki tujuan, baru tidak apa-apa" sering kali diucapkan oleh mereka yang berhasil dibidangnya. Karena harus saya akui, jika orientasi saya hanya terfokus pada uang saja, mungkin saya akan menyerah di bulan-bulan awal. 

Dalam situasi saya saat itu bukan cuma tujuan yang membuat saya bertahan, tapi karena memang saya tidak melihat ada hal lain yang bisa saya perjuangkan. Jadi mau tidak mau, dan saya sadari saya juga sudah cukup jauh melangkah, saya teruskan perjuangannya, hingga sampai sekarang ini. 

---

Kini satu hal yang saya pilih ini menjadi sesuatu yang cukup saya syukuri, saya bisa mencari rezeki melalui jalan ini, dan semoga nantinya melalui jalan ini saya bisa membangun keran-keran yang dulu pernah terpikirkan. Selain itu, satu hal yang saya syukuri juga; dulu sempat saya sayangkan, adalah keputusan teman saya yang tidak mendaftarkan saya sehingga saya tidak bisa beralih pekerjaan. Sekarang setiap kali bertemu dengan teman saya itu, saya selalu berterima kasih. Jika bukan karena keputusannya yang tidak mendaftarkan saya, mungkin saya masih ada dipekerjaan yang melelahkan itu; secara fisik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belum ada judul

Dari Semua Pria, Aku Yang Juara